Membunuh Cupid

 

Judul buku: Membunuh Cupid (Cinta hanya Ilusi)

Penerbit: Falcon Publishing

Penulis: Desi Puspitasari

Dicetak: 2015

Rating: 3.5/5

*

Blurb:

Apa kamu percaya cinta? Kamu percaya pernikahan?

Percaya dua hal itu bisa membuatmu bahagia?

Kalau Ango kok enggak, ya? Baginya, cinta hanya ilusi.

Perang bisa terjadi karena cinta.

Kecemburuan hanya terjadi karena cinta.

Malaikat cinta harus bertanggung jawab.

Dia harus dihentikan dari membikin orang jauh cinta.

Seandainya saja Ango tahu cara membunuh Cupid…

*

 


Review kemarin, aku membeli buku hanya karena kover. Sekarang aku membeli buku hanya karena judul yang memikat—yaitu Membunuh Cupid.

Jika dilihat dari judulnya sudah begtu penasaran, ada dua pertanyaan yang bermunculan saat aku membaca judulnya. Kenapa hendak membunuh Cupid? Dan bagaimana caranya membunuh Cupid?

Intermezo sedikit, novel ini mengingatkanku dengan serial drama Thailand ‘Angel Beside Me’ dengan cerita bertemakan Malaikat yang berubah menjadi manusia namun pokok permasalahannya berbeda jauh. Kalau di novel ‘Membunuh Cupid’, permasalahannya pada ketidakpercayaan akan adanya cinta.

Kita bahas dulu dari kover.

Pada kover terdapat gambar hati yang ditusuk menggunakan pisau. Aku bisa menebak, dimana Cupid diibaratkan sebagai bentuk hati sedangkan pisaunya adalah Agno yang berusaha hendak membunuh Cupid tersebut. Namun cara membunuhnya tidak hanya seperti itu, ad acara khusus untuk membunuh Cupid secara langsung.

Singkat ceritanya, Agno sangat tidak mempercayai keberadaan cinta. Atau tepatnya, ia memperayai cinta itu selalu membawa permasalahan, sebab permasalahan dimasa lalu baik secara keluarga ataupun secara personal sangatlah berantakan, meninggalkan bekas karena cinta. Itu sebabnya sampai diusia tiga puluhan Agno memilih melajang dan meyakinkan dirinya bisa bertahan hidup seorang diri tanpa makhluk bernama LAKI-LAKI. Hingga muncullah Cupid yang terjebak dalam kehidupan Agno, karena cewek itu tanpa sengaja menyimpan selembar bulu putih milik Cupid.

Aku suka dengan novel ini. Membuatku ingin terus melanjutkan perjalanan Agno bersama Cupid dan Chris. Karakter Chris sungguh gentleman menurutku, dia masih terus memperjuangkan Agno meskipun berulang kali mengalami penolakan oleh Agno. Ditambah kehadiran Cupid membuat kedekatan Agno dan Chris bertambah.

Penulisannya menggunakan sudut pandang karakter Agno tepatnya, aku jadi tahu semua perasaan Agno mulai dari kebenci, dimabuk cinta, hingga rasa patah hati kara Cupid.

Otakku terkadang menyetujui pendapat Agno bahwa wanita itu bisa hidup mandiri tanpa adanya seorang pria. Tapi disisi lain, pendapat Agno itu adalah sebuah kesalahan besar, yang dimana wanita dan pria memang diciptakan untuk saling berdampingan satu sama lain—separah apapun keadaan.

Tapi lewat novel ini, aku menangkap sebuah pesan moral. TIME WILL TELL, dimana ketulusan cinta yang akan berbicara. Namun aku tidak menyakini adanya sebuah kisah nyata tentang ketulusan cinta ini.

Sekian reviewnya, stay tuna

 

Comments

Popular posts from this blog

The Kudryavka Sequence [PART 3]

The Confidante Plot