Jackson
Judul buku: Jackson
Penerbit: Penerbit
Inari
Penulis: Lia Indra Andriana
Dicetak: 2018 Januari (cetakan pertama)
Rating: 4/5
*
Blurb:
“Bisa dibilang lo ini dapat second chance buat ngulang SMA, kan?”
Jackson, penyanyi berumur 22 tahun itu harus kembali ke bangku SMA untuk menyelesaikan sekolahnya. Cowok ini juga harus tinggal di sebuah keluarga yang tidak ia kenal. Keluarga itu punya anak cewek berumur 17 tahun dan Jackson takut cewek itu adalah salah satu fans-nya.
Jackson bisa bernapas lega. Nana, si cewek itu bukan fans-nya. Sialnya, cewek itu malah mengkrarkan diri sebagai musuhnya.
Memang, kalau enggak kenal bisa jadi musuh ya? Memangnya,
gue salah apa?
*
Siapa sih yang tidak senang satu sekolah sama penyanyi
ternama seperti Jackson? Semua orang pasti senang bukan, seperti Gina—teman
Nana—yang sangat menggilai Jackson.
Sebelum kita bahas lebih lanjut, kita komentari prihal kovernya.
Kovernya begitu mencuri perhatian, nuansa birunya sangat menyegarkan mataku,
ditambah ada beberapa ikonik yang disisipkan sesuai dengan isi cerita Jackson,
seperti: rumah, siluet seorang cowok, gitar, dan beberapa buku.
Nah, pada novel Jackson penulis menekankan pada dua karakter
utama yaitu Nana—cewek SMA yang sangat membenci Jackson, bahkan memberikan Jackson
julukan yaitu Jackass. Sedangkan Bram, adalah penyanyi muda bernama panggung
Jackson.
Semuanya terjadi begitu saja, ketika Opa Bram menyuruhnya
kembali bersekolah, setidaknya lulus dari SMA dengan nilai bagus. Bram awalnya
menolak, dengan memberikan banyak sekali permintaan diluar logika. Kalau bukan
Opanya yang super cerdas, permintaan itu tidak akan terkabul begitu saja. Dalam
kedipan mata, permintaan Bram terkabul.
Bukannya senang, tapi Bram masih terus mencari celah dalam
perjanjian antara Opanya agar dapat dibatalkan dan ia keluar dari rumah serta ‘keluarga’
Nana tempatnya tinggal selagi melanjutkan SMAnya.
Alurnya begitu menggemaskan menurutku. Ketika aku membaca,
seakan aku kembali kemasa lalu. Penulis berhasil membuatku menikmati kembali
masa SMAku, meskipun hanya lewat tulisan dan kisah Bram Nana ini. Tapi momen SMA
yang dipilih sangatlah tepat, menurutku momennya akan selalu terjadi dalam masa
SMA.
Dalam perjalanan Bram, aku menangkap sebuah pesan yang ingin
disampaikan oleh sang penulis. Jangan berlarut hidup dalam perasaan bersalah. Jika
rasa bersalah itu bisa diperbaiki, perbaikilah. Dan kita tidak bisa menilai seseorang
dari luarnya sebelum kita mengenalnya lebih dalam.
Sekian dulu reviewnya, stay tuna XD

Comments
Post a Comment