Simon vs The Homosapiens Agenda
Judul buku: Simon vs The Homosapiens Agenda
Penerbit: Penerbit Spring
Penulis: Becky Albertalli
Dicetak: Desember 2016 (cetakan pertama)
Rating: 3.5/5
*
Blurb:
Gara-gara lupa logout dari akun e-mailnya, Simon
tiba-tiba mendapatkan sebuah ancaman. Dia harus menjadi makcomblang bagi badun
kelas, Martin.
Jika tidak, fakta bahwa dia gay akan menjadi urusan
seluruh sekolah.
Parahnya lagi, identitas Blue, teman yang dia kenal via e-mail akan menjadi taruhannya.
Tiba0tiba saja, kehidupan SMA Simon yang berpusat pada sahabat-sahabat dan keluarganya menjadi kacau balau.
Buku pertama penerbit spring sudah selesai aku baca.
Aku suka dengan buku terjemahan penerbit spring meskipun
baru satu yang kubaca, kenapa? Karena novel ‘Simon vs The Homosapiens Agenda’
mengangkat tema gay. Tema yang cukup sensitive terutama di negara kita. Dan
bisa dibilang Spring mungkin akan mengangkat tema-tema unik lainnya, lain kali
kita coba kita baca lainnya.
Kita akan bahas novelnya, bukan isu yang ada dinegara kita.
Jangan salah fokus ya.
Simon, adalah murid SMA yang tanpa sengaja lupa log out dari
email menggunakan komputer sekolah. Dan sialnya, emailnya dibaca oleh Martin
untuk menjodohkan Abby teman dekat Simon. Jika tidak, semua rahasianya
terbongkar.
Dari sinopsisnya memang sangat sensitif, tapi membuatku
penasaran. Aku suka sekali dengan gaya cerita novel ini, menggunakan POV
karakter Simon. Disini aku bisa tahu sisi Simon yang sangat takut untuk coming
out mengenai seksualitasnya. Namun berkat Blue, teman e-mailnya akhirnya
dia bisa mengutarakannya meskipun awalnya pada teman dekatnya Abby. Namun terkikisnya
waktu, seksualitasnya diketahui oleh seluruh penghuni sekolahan.
Aku suka gaya penulisannya, sangat detil menceritakan sisi
Simon apalagi saat dia dilema untuk coming out atau tidak. Ditambah
Martin memberikan tekanan pada Simon mengenai Abby. Aku benci karakter Martin,
menggunakan rahasia seseorang untuk memeras, mendapatkan apa yang
diinginkannya. Karakter Martin berhasil membuatku memberikan dia cap jelek.
Awalnya aku sangat bosan membaca novel ini, hingga pada
klimaks dimana rahasia seksualitas Simon terungkap di website sekolahan
ditambah part terungkapnya siapa Blue itu membuatku semakin gencar untuk
menyelesaikan novel ini.
Perlu diingat, novel ini direkomendasikan bukan untuk yang
homophobia karena diakhir cerita banyak sekali adegan Simon dengan Blue (aku
sengaja tidak mengungkap siapa Blue—spoiler nanti). Maka dari itu, di bawah
blurb tertuliskan novel dewasa.
Novel ini sudah diadaptasi menjadi sebuah film, namun judulnya dipersingkat menjadi ‘Love, Simon’ sayangnya aku belum sempat menonton. Mungkin kalau ada diantara kalian yang sudah menonton, bisa share komentar kalian? Paling tidak kasih persentase kemiripan dengan cerita novelnya.



Comments
Post a Comment