Fish in The Water

                                                             Judul buku: Fish in the Water

Penerbit:  PT Gramedia Pustaka Utama

Penulis:  Lee Chanhyuk

Dicetak:  2021 (cetakan pertama)

ISBN: 9786020648781

ISBN  Digital: 9786020648880

Rating: 4/5

*

Blurb

Fish in the Watet bertutur tentang kisah intens yang mengjungkirbalikkan imajinasi, dengan komposisi kuat untuk menunjukkan pertentangan antara ambisi dan ketakutan, kebebasan dan kendali, kebahagiaan dari cinta dan luka dari kehilangan, serta arti kehidupan, terkadang dengan tenang dan terkadang dengan fantasis. Penulis berharap pembaca bisa dengan bebas menemukan arti dari novel ini tanpa interpretasi yang tergesa-gesa. Silakan menyelami novel ini, tarik napas dalam-dalam, lalu ajukan pertanyaan dan berikan jawaban tentang hidup.

Novel ini dipenuhi emosi yang terpatri halus dalam setiap kalimatnya, kesan jelas yang menenangkan hati dan menjernihkan pikiran, serta topik-topik filosofi yang membuat pembaca berpikir dengan saksama. Jika kalian adalah pembaca yang pernah menikmati dunia penulis, melalu lirik-lirik lagunya yang singkat dan masih menginginkan lebih, semoga kalian menikmati dunia luas yang dibentangkannya dalam novel ini.

*

Novel hanya setebal 170 lembar, tapi mempunyai makna berlipat ganda didalamnya. Kalian para Kpopers atau fans dari AKMU pasti tahu siapa penulis novel ‘Fish in the Water’. Yap, Lee Chanhyuk penulisnya.

Aku bahas sekilas alur novel ini (mohon maaf kalau pembahasanku berbeda dengan kalian, ini yang aku dapatkan setelah membaca novel super tipis tapi berat di pikiran, hahaha). Alur ini membawaku mengenali pertemuan Seon dan Hae-ya. Mereka bertemu di dek kapal, ketika Seon sedang berlibur mengarungi lautan.

Secara timeline waktu, novel ini menggunakan alur maju mundur. Pembukaan novel ini diawali dengan keberadaan Seon di kafe miliknya, yang sengaja dibangun di dekat pantai agar dapat menikmati deburan ombak. Kafe itu dibangun setelah pertemuannya dengan Hea-ya. Terus dimana Hae-ya?

Plot twistnya, Hae-ya sudah meninggal. Tidak terselamatkan ketika jatuh dari dek kapal. Yang kita saksikan di awal buku hingga pertengahan, adalah masa-masa bahagia Seon dan Hae-ya. Seon rela melepaskan kecintaannya bersama musik bahkan bandnya mereka, karena Seon memilih Hae-ya—memilih kekasih hatinya itu. Menurutku, Seon sengaja membuka kafe di dekat pantai untuk tetap mengingat Hae-ya pernah hadir di kehidupannya. 

Sedangkan di akhir cerita, Seon masih dirundung rasa bersalah. Bersalah karena tidak memberikan rasa cinta dan kasih sayang lebih dari Hae-ya, mungkin kalau Seon memberikan secara lebih, kekasihnya tidak akan meninggalkan tepat didepan matanya.

Itu alur yang aku dapat, bagaimana dengan kalian? Selama aku memetakan alurnya, cukup mengalami kesulitan karena alurnya bisa dibilang sangat berantakan, tapi tetap aku menikmatinya sambil mendengarkan album Sailing karya AKMU.

Banyak pesan moral yang aku dapatkan dari karakter Seon. Dia harus mengorbankan ambisinya hanya untuk Hae-ya karena Seon takut kehilangan Hae-ya. Mengenai kebebasan dan kendali, kita bisa lihat dari Hae-ya yang sangat menyukai kebebasan dan Seon terikat dalam kendali peraturan masyarakat disekitarnya. Dan masih banyak lagi pesan moral yang bisa kita serap dairi novel super tipis ini. 

Memeng novel ini didedikasikan untuk pembaca kalau ingin menyelami album Sailing lebih dalam. Ada beberapa lirik yang tertuliskan didalam novel tersebut. Ketika aku membaca, sengaja aku mencari terjemahan lirik-lirik lagu album Sailing.  Sangat rekomended menurutku, karena mengajak kita menyelami sekaligus menyusun alur seperti bermain puzzle.

Sekian reviewnya dan keep safe ya.

Comments

Popular posts from this blog

Membunuh Cupid

The Kudryavka Sequence [PART 3]

The Confidante Plot