Purple Eyes
Judul buku: Purple Eyes
Penerbit: Penerbit Inari
Penulis: Prisca Primasari
Dicetak: 2022 (cetakan ke dua)
ISBN: 978-602-7432-20-8
Rating: 3.9/5
*
Blurb
Karena terkadang tidak merasakan lebih baik daripada menanggung rasa sakit yang bertubi-tubi.
Ivarr Amundesen kehilangan kemampuannya untuk merasa. Orang yang sangat dia sayangi meninggal dengan cara yang keji, dan dia memilih untuk tidak merasakan apa-apa lagi, menjadi seperti sebongkah patung lilin.
Namun, saat Ivarr bertemu Solveig, perlahan dia bisa merasakan lagi percikan-percikan emosi dalam dirinya. Solveig, gadis yang tiba-tiba masuk dalam kehidupannya. Solveig, gadis yang misterius dan aneh.
Berlatar di Trondheim, Norwegia, kisah ini akan membawamu ke suatu masa yang muram dan bersalju. Namun cinta akan selalu ada, bahkan di saat-saat tergelap sekalipun.
*
Dingin dan memilukan, mungkin dua kata itu sangat cocok untuk mendeskripsikan novel ini. Walau tipis tapi rasa sedihnya begitu terasa hingga menusuk hatiku.
Purple Eyes — menceritakan tentang perjalanan Ivarr yang dingin setelah kematian Nikolai lantaran menjadi korban pembunuhan berantai yang keji. Sementara itu di alam kematian, Hades dan Lyre ditugaskan untuk turun ke bumi, tepatnya untuk menghentikan pelaku pembunuhan dengan cara yang logis di mata manusia. Sayangnya rencana Hades memanfaatkan Ivarr sebagai “alat pembunuh logis di mata manusia” berantakan lantaran Solveig (nama samaran Lyre di dunia manusia) menggagalkannya. Percikan perasaan cinta tiba-tiba menyusup ke dalam hati Solveig dan Ivarr selama perjalanan misi Lyre Hades di bumi.
Novel ini sangat menyedihkan, terutama pada karakter Ivarr. Cowok itu memilih mematikan perasaannya setelah kepergian Nikolai (saudaranya) karena menjadi korban pembunuhan. Perasaannya tiba-tiba muncul kembali ketika bertemu dengan Solveig (yang mengaku sebagai pembeli boneka produksi Perusahaan Amundsen sebagai sovenir). Sejak hari itu, mereka mulai menjalin kasih hingga debaran cinta muncul.
Kenapa aku bilang novel ini memilukan? Semua disebabkan oleh ending novel ini. Ending yang mempunyai dua sisi sudut pandang. Bahagia karena mereka dipersatukan. Menyedihkan karena tempat mereka bertemu kembali tidak seharusnya ada di sana. Jika bertemu disana, artinya Ivarr sudah kalah perang dan memilih menyerah, tidak seperti ucapan Nikolai bahwa dia akan bertahan hidup.
Sebenarnya novel ini bisa diselesaikan dalam sekali duduk, sayangnya padatnya rutinitas dan mood dalam membaca sedang naik turun tidak jelas membuat buku tipis ini harus tertunda beberapa hari. Sekian dan stay tuna.

Comments
Post a Comment