The Song of Achilles

                                                                                 Judul buku: The Song of Achilles

Penerbit:  Gramedia Pustaka Utama

Penulis:  Madeline Miller

Dicetak:  Juli 2022 (cetakkan ke-4)

ISBN: 978-602-06-5992-3

E-ISBN: 978-602-06-5991-6

Rating: 4/5

*

Blurb


Yunani pada zaman para pahlawan. Patroclus, seorang pangeran muda yang kikuk, diasingkan ke istana Raja Peleus dan putranya yang sempurna, Achilles. Mereka tumbuh menjadi pemuda yang cakap dalam seni perang dan pengobatan, dan kedekatan mereka berkembang menjadi hubungan yang lebih dalam—meski sangat ditentang oleh ibu Achilles, Thetis, dewi laut yang kejam. Lalu tersiar kabar bahwa Helen dari Sparta telah diculik. Bimbang antara takut dan rasa sayang terhadap sahabatnya, Patroclus pergi bersama Achilles ke Troy, tanpa menyadari bahwa tahun-tahun selanjutnya akan menjadi ujian bagi semua yang mereka sayangi.

*

Nyesek, sedih, dan marah. Ketiga rasa itu mencampur tak karuan dalam diriku setelah menyelesaikan buku ini. Walau aku tahu ending dari buku ini lewat cerita-cerita mitologi Yunani tentang Perang Troya dan Achilles, tapi novel ini berhasil bikin aku nyesek nggak karuan. 


The Song of Achilles — menceritakan tentang Patroclus, pangeran dari keturunan Raja Menitius yang  diasingkan dari kerajaannya karena sebuah tindakan yang dianggap kesalahan oleh sang Raja atau ayahnya sendiri. Patroclus diasingkan ke Kerajaan Phthia dan disinilah Patroclus memulai kehidupan barunya dan kehidupan percintaannya dengan seorang pangeran Phthia hingga ajal menjemput mereka berdua. 


Novel ini sangatlah cantik, baik dalam penuturan dan alur yang awalnya membuat hatiku berbunga-bunga melihat kedekatan Patroclus dan Achilles, awalnya kehidupan mereka selayaknya seorang anak laki-laki berusia lima belas tahun, bermain dan belajar tanpa memikirkan apapun. Patroclus nampak bebas dan selalu mengikuti Achilles kemanapun pangeran Phthia itu pergi, seakan mereka soulmate yang tak terpisahkan. 


Hatiku mulai merasa sesak ketika melihat keduanya mulai mendebat gegara keikutsertaan dalam perang merebut kembali Helen istri Sparta yang diculik oleh pihak Troy. Detik itu juga kehidupan bahagia mereka mulai lenyap dan menjadi awal dari penjemputan maut antara keduanya. Perjalanan maut keduanya didominasi oleh keangkuhan, ketamakan, kebencian dan balas dendam. Hanya Patroclus-lah yang berani merendahkan harga dirinya memohon pada Achilles untuk menyelamatkan para prajurit. Takdir yang sudah digambarkan oleh Thetis terjadi dan begitu mengenaskan.


Aku nggak tahu mau review apa lagi, karena novel ini benar-benar menyesakkan. Aku marah dengan sikap Achilles yang hanya mementingkan diri sendiri, bahkan sampai menyetujui ide konyol Patroclus untuk menyelamatkan semuanya. Good job buat yang penerjemah, sudah berhasil menyampaikan meaning buku ini secara baik. 


Sekian reviewnya. 



Comments

Popular posts from this blog

Membunuh Cupid

The Kudryavka Sequence [PART 3]

The Confidante Plot