Blind Date
Judul buku: Blind Date
Penerbit: Penerbit Gramedia Pustaka Utama
Penulis: aliaZalea
Dicetak: Maret 2007 (cetakan ke-6)
ISBN: 9786020319940
Rating: 4/5
*
Blurb
“Anda ingin pasangan date Anda tingginya antara 163 hingga 180 sentimeter?”
“Betul.”
“Untuk umur, Anda memilih antara 26 hingga 40. Betul?”
“Ya.”
“Anda terbuka dipasangkan dengan laki-laki dari berbagai ras?”
Aku tertawa mengiyakan.
“Anda mengharuskan pasangan date Anda single dan unattached. Apakah anda bersedia dating dengan laki-laki yang statusnya baru ‘pisah’ dengan istri mereka?”
“Nggak. Saya ingin laki-laki single, se-single-single-nya.”
Rencana hidup Titania Larasati buyar setelah mengetahui Brandon, pacarnya selama tiga tahun, berselingkuh dengan sekretarisnya. Dalam usaha melupakan ucapan Brandon bahwa tidak akan ada laki-laki lain yang menginginkannya. Titania rela mengeluarkan dua ribu dollar untuk membayar jasa blind date profesional, yang menjanjikan pernikahan dalam waktu kurang dari enam bulan. Dengan bantuan adiknya dan agen blind date yang pantang menyerah, Titania bertekad membuktikan Brandon salah.
*
Pingin nggak sih punya pacar yang beda negara, kayak Titania? Sangat menyenangkan tentunya kalau punya pacar atau calon pasangan yang beda negara. Eits, jangan lihat sisi bahagianya, tapi tengok juga sisi lainnya一yaitu sisi budayanya.
Novel Blind date, menceritakan mengenai Titania yang mencoba move on setelah menangkap basah Brandon (mantan pacarnya) sedang melakukan ML dengan sekretarisnya setelah tiga tahun pacaran dengannya. Sebagai pelampiasan, Titania membiarkan emosinya menuntunnya ke salah satu jasa blind date untuk menemukan sosok pasangan yang tepat.
Setelah aku membaca novel ini, ada dua masalah yang aku garis bawahi tebal-tebal yaitu tentang perbedaan budaya (Titania一orang Asia一tinggal di negara Amerika) terlihat jelas gap budaya yang sangat jauh tentunya. Di mulai dari Brandon (mantan pacar Titania) yang memilih berselingkuh hanya untuk mencari kepuasan seks semata karena Titania tidak bisa memberikan keperawanannya sebelum ia menikah kelak.
Dari permasalahan di awal saja, sudah terlihat perbedaan budaya yang sangat dipegang erat oleh Titania ketika tinggal di negeri orang. Bagi orang Asia, mempertahankan mahkota wanita (aka keperawanan) adalah hal yang wajib dilakukan. Sementara budaya orang barat, melakukan seks bebas (tanpa hubungan) sudah seperti kegiatan sehari-hari.
Memang, kepuasan seks adalah salah satu kebutuhan naluri manusia一tapi tidak begitu caranya. Tapi semua kembali lagi pada budaya di negara masing-masing terhadap seks. Apa itu merupakan makanan sehari-hari atau sebagai kudapan mewah yang akan didapatkan setelah sepasang kekasih resmi menjadi suami istri kelak.
Tapi tidak dipungkiri, sikap Brandon yang tertangkap basah justru marah-marah sebagai bentuk rasa malunya terhadap perbuatannya. Tapi melihat sikapnya yang tidak gentle (dalam artinya mengakui kesalahannya) bahkan mendoakan Titania yang nggak-nggak, aku semakin yakin kalau Brandon bukanlah cowok baik dan mungkin semasa masa pacaran Titania-Brandon bisa dikategorikan sebagai toxic relationship. Mungkin saja, loh ya. Asumsi saja, karena nggak diperlihatkan secara gamblang oleh penulisnya.
Tentang Reilley. Aku cukup salut banget sama pria ini. Bagaimana tidak, dia open minded tentang Titania yang notabene adalah orang Asia. Dia bahkan rela menunggu hubungannya resmi ke jenjang pernikahan meskipun Reilley sudah lebih dahulu kehilangan keperjakaannya ketika usia dini. Tapi itulah salah satu kriteria pria gentle yang memilih menjaga keperawanan wanitanya hingga mereka disahkan oleh agama.
Terakhir, mengenai Titania. Aku gemas sama cewek satu ini. Tolonglah, buat apa Titania memberanikan diri untuk bertemu Brandon lagi hanya untuk membuktikan kalau masih ada laki-laki yang mencintai dia, disamping menginginkan seks dengannya. Melihat Titania kembali termakan dengan ucapan toxic Brandon. Kenapa Titania nggak menemui Brandon bersama Reilly?
Secara alur, awalnya slow down perlahan menjadi geram akibat Titania yang tiba-tiba membatalkan lamaran dengan alasan super bodoh一yaitu termakan oleh omongan Brandon. Tapi aku lega setelah tahu Brandon masih menerima Titania, meskipun pikirannya sudah terkuasai oleh omong kosong Brandon.
Lewat novel ini, ada beberapa pesan yang aku tangkap. Pertama soal pacaran sehat, dimana memiliki hubungan secara sehat, tidak ada toxic dan lebih mengutamakan menjaga mahkota wanitanya. Kedua, jangan pernah kembali lagi pada musuhmu hanya untuk pamer ataupun sekedar say thanks atau dia akan balik menyerang, seperti Brandon. Ketiga, nggak semua rasa sayang ataupun cinta harus diungkapkan dengan tiga kata一I LOVE YOU一setiap pasangan punya cara menyampaikan / mengekspresikan masing-masing. Terakhir, ingat budaya setiap tempat itu berbeda-beda bahkan budaya setiap penghuni rumah pun berbeda, apa lagi budaya suatu negara.
Sekian reviewnya. Stay tuna.
Comments
Post a Comment