Hell A Spell
Judul buku: Hell a Spell
Penerbit: Penerbit Bhuana Ilmu Populer (BIP)
Penulis: Daisy Ann
Dicetak: 2019
ISBN: 978-602-483-208-7
Rating: 3.8/5
*
Blurb
Sandra. Perempuan biasa yang menyimpan kebencian pada seseorang di masa lalunya. Ia adalah perempuan kebanyaknya. Sesederhana itu.
“Seandainya aku diberi kekuatan untuk mengutuk satu orang manusia di bumi ini, orang itu pasti adalah kamu.”
William Trixie. Lelaki arogan, kasar, bukan orang yang mudah terkesan, tapi pada saat bersamaan ia peduli kepada orang lain. Ia bukan lelaki kebanyakan. Sesederhana itu.
“Kalau memang kutukanmu itu terjadi dan tidak ada satu perempuan pun yang bersedia mendampingiku seumur hidup, kamu yang harus bertanggung jawab.”
*
Novel ini sebenarnya tidak ada dalam daftar bacaan, hanya numpang lewat dan aku tertarik dengan kover ungu cantiknya. Mengingatkanku pada kover sebuah novel milik Prisca.
Hell a Spell, menceritakan pertemuan kembali Sandra dan Will dalam acara pernikahan sahabat Sandra. Pertemuan itu bukanlah pertemuan yang mengharukan ataupun tapi pertemuan yang tidak mengenakkan, bagaimana tidak. Sandra tanpa sengaja menguping pembicaraan Will dengan Ariana–mantan Will yang memilih cowok lain ketimbang dirinya.
Pertemuan itu ternyata berdampak besar bagi kehidupan keduanya. Satu pertemuan membawa pertemuan berikutnya-berikutnya, mulai dari mamanya meminta Will mempertemukan beliau dengan Sandra hingga rekan kerjanya Sandra tanpa sengaja mempertemukan Sandra dengan Will menyebabkan keduanya terlibat percakapan pekik tentunya.
Cinta dan benci memiliki batasan yang amat tipis—itulah pesan yang amat tergambar dalam alur novel ini. Masing-masing karakter sama-sama keras kepala. Sama-sama tidak ingin diperintah. Sama-sama memiliki kebencian tingkat tinggi. Hingga satu waktu, keduanya luluh seiring berjalannya waktu. Luluh sekaligus mengetahui masing-masing rahasia yang disimpan secara rapat-rapat.
Dan satu hal penting yang ingin disampaikan oleh penulis lewat novel ini tak lain—ucapan adalah sebuah doa. Terlihat dari Will maupun Sandra yang tanpa sadar mengucapkan sebuah kalimat yang mengakibatkan suatu perkara besar empat tahun kemudian. Sandra yang mengumpat bahwa tidak akan ada perempuan satu pun bersanding dengan Will kalau sifat pria itu masih tetap sama. Sementara Will, mengucapkan bila ucapan Sandra terjadi maka wanita itu harus bertanggung jawab.
Detik itu juga, aku mengambil kesimpulan bahwa Sandra-lah yang membuat kutukan pada Will dan Sandra jugalah yang mematahkan berkat rasa cinta yang muncul dari bibit kebencian diantara mereka berdua.
Sekian reviewnya.
Comments
Post a Comment