Autumn in Paris
Penulis: Ilana Tan
Penerbit: PT Gramedia Pustaka Utama
Cetakan ke: 21 (November 2012)
ISBN: 978-979-22-3030-7
Rate: 4/5
*
Blurb:
Tara Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup… sampai ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.
Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya. Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya…juga mengubah dunianya.
Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa…arti tak berdaya… Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup
Seandainya masih ada harapan—sekecil apa pun—untuk mengubah
kenyataan, ia bersedia menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu…
*
Boleh nggak sih kita nangis karena novel?
Kalau boleh jujur, aku menangis melihat hancurnya perasaan Tara dan Tatsuya secara bersamaan. Hancur berkeping-keping. Meskipun ini re-read keduanya, tapi sakitnya baru kerasa. Dulu ketika pertama kali membaca, aku masih belum paham rasa sakit itu hanya sedih hingga nangis di endingnya saja.
Tapi sekarang aku paham perasaan mereka. Saling suka, tapi takdir tidak merestuinya.
Autumn in Paris, menceritakan pertemuan Tara dan Tatsuya secara tidak langsung. Pertemuan pertama mereka terjadi di bandara dan berakhir di bar namun dalam kondisi Tara mabuk. Sehingga cewek itu tidak mengingatnya. Sementara pertemuan berikutnya, Sebastien memperkenalan Tatsuya pada Tara, awalnya Tara tidak menyukainya namun selang berjalannya waktu Tara menyukainya dan jatuh cinta. Sama halnya dengan Tatsuya.
Mereka dua insan yang dipertemuan oleh masa lalu. Masa lalu yang menyakitkan tentunya (nggak mau spoiler; nggak kuat ngetiknya, terlalu menyakitkan) Disinilah Tatsuya orang pertama yang mengetahuinya, berusaha mati-matian menjaga jarak bahkan cowok itu terjun menenggelamkan dirinya dalam lautan pekerjaan agar Tara melupakannya.
Ilana Tan nggak usah diragukan lagi dalam hal menulisnya. Beliau sungguh epic memporandakan hatiku lewat kisah Tara Tatsuya apalagi endingnya sungguh menggantung. Aku benar-benar nggak tau kelanjutkan kehidupan Tara setelah peristiwa itu.
Secara alur sungguh menikmat. Awalnya manis, bak dua insan yang kasmaran. Tapi ritme perjalanan novel ini semakin tegang ketika Tatsuya bertemu salah satu keluarga Tara. Rasa tegang dan was-was ikut menghantuiku, membuatku harus menyelesaikan novel ini segera mungkin.
Di akhir ending, air mataku jatuh. Hatiku juga sakit melihat peristiwa itu. Sama seperti Tara.
Pokoknya Ilana Tan the best.
Sekian reviewnya.
Stay tuna.

Comments
Post a Comment